Tingkat keterisian apartemen sewa diperkirakan hingga akhir tahun berada di kisaran 40% hingga 50%.
Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip mengatakan bahwa di tengah pandemi, berbagai sektor ekonomi menahan dan tertahan proses ekSpansinya, baik sektor ekonomi lokal, nasional, maupun global.
Tentu saja, hal ini berimbas pada pergerakan dan pengiriman pekerja untuk proses perluasan usaha.
Dia memperkirakan hingga akhir tahun ini, okupansi apartemen sewa bisa turun sebesar 20 persen atau mencapai di kisaran 40 persen hingga 50 persen.
Tingkat hunian rerata pada awal semester 2020 melemah, dampak kumulatif dari pembatalan penghuni baru dan pemutusan sewa jangka pendek. Namun, sebagian besar penghuni yang menyewa untuk jangka panjang masih stabil.
Menurutnya, tren apartemen sewa 2020 sampai akhir ini mengalami penurunan karena belum tertangkap 100 persen sehingga baru mulai muncul pada semester kedua.
"Service apartment ini berbanding lurus karena kebanyakan tenant merupakan ekspatriat yang disewa korporasi sehingga kalau perekonomian belum recover, maupun bisnis dan perekonomian belum langsung rebound, bisnis sewa apartemen ini tetap tertekan. Ekspatriat ini dari awal pandemi pada disuruh balik ke negara masing-masing," ucap Willson.
Selain itu, rendahnya okupansi apartemen sewa ini juga dikarenakan pembatasan perjalanan yang berlaku dari 2 bulan yang lalu berdampak pada sektor perhotelan.
Pasalnya, penawaran harga khusus dari sektor perhotelan untuk sewa jangka menengah dan panjang memberi efek domino negatif terhadap tingkat hunian apartemen sewa.
sumber: bisnis
0 comments:
Post a Comment