Penjualan properti di Bali meningkat 45 persen sepanjang 2022 seiring mulai bergeliatnya pariwisata Bali dan diberlakukannya second home visa oleh pemerintah.
Permintaan villa, rumah mewah, dari pasar domestik dan mancanegara yang berada di kawasan pariwisata seperti Jimbaran, Nusa Dua, Sanur, dan kawasan Bali lainnya terus berdatangan kepada pengembang properti di Bali.
Jimbaran menjadi salah satu kawasan yang menjadi incaran baru di pasar domestik maupun mancanegara. CEO PT. Jimbaran Hijau, Putu Agung Prianta menjelaskan Jimbaran menjadi incaran konsumen premium dari berbagai negara, faktor pendorongnya yakni Jimbaran merupakan kawasan yang masih hijau dan alami.
Salah satu kawasan di Jimbaran, yakni Jimbawana sudah mendapat sertifikat greenship neighbor, sebagai destinasi hijau di Bali. Pengembangan kawasan hijau ini juga sejalan dengan pembangunan pariwisata Bali menargetkan pembangunan pariwisata secara berkelanjutan.
“Kawasan Jimbaran ini menjadi kawasan baru untuk pengembangan properti, karena kawasan Canggu, Kuta, Seminyak sudah penuh. Melihat peluang itu kami mulai membangun properti baru. Tetapi kami mencoba dengan konsep hijau seperti yang sedang kami kembangkan di Nata Desa Resort Residence, properti yang ramah lingkungan, jadi kami membangun dengan tidak menebang pohon di Jimbaran, tidak melupakan konsep perdesaan Bali karena itu menjadi heritage Bali. Konsep ini juga belum ada di Bali, jadi secara persaingan lebih sedikit,” jelas Prianta, Senin (12/12/2022).
Managing Director at Royal T International Eliya Elhaji menjelaskan penjualan properti di Bali saat ini masih didominasi dari konsumen domestik seperti dari Jakarta, Bogor, dan sekitarnya. Sedangkan untuk market internasional banyak datang dari Australia, Inggris, Amerika Serikat, Abu Dhabi, Singapura dan Malaysia.
“Market properti di Bali saat ini 20 persen dari pasar internasional dan 80 persen dari domestik, memang pasar domestik masih kuat. Tetapi pasar dari mancanegara juga terus tumbuh apalagi sekarang dengan adanya second home visa, itu memberi peluang para expatriat untuk memiliki properti di Bali, dengan skema hak guna pakai. Sebagai gambaran saat dari 20 properti kami, 20 persen pembelinya dari warga negara asing.” jelas Eliya.
Eliya juga menjelaskan untuk penjualan properti untuk kelas premium di Bali selama pandemi sebenarnya tetap stabil, bahkan tetap tumbuh 20 persen. Hanya penyewaan villa yang mengalami penurunan sejumlah 50 persen selama dua tahun pandemi melanda Bali.
Penjualan properti tetap stabil didorong oleh motivasi para konsumen untuk membeli properti tidak hanya sebagai tempat tinggal tetapi juga untuk investasi jangka panjang, karena harga properti setiap tahun terus meningkat.
Bali masih menjadi magnet yang besar untuk penjualan properti karena menjadi destinasi wisata internasional. Banyak warga asing yang ingin tinggal dan bekerja dari Bali, sehingga permintaan properti kepada pengembang terus meningkat. Selain penjualan, penyewaan properti juga mulai bergeliat sejak Juni 2022.
Eliya menjelaskan terdapat peningkatan 50 persen penyewaan properti seperti villa, guest house hingga rumah.
“Harga sewa juga meningkat, yang sebelumnya Rp150 juta per tahun untuk villa di kawasan premium, sekarang bisa Rp350 juta. Ini pemicunya karena permintaan meningkat dan pemilik juga ingin mendapatkan untung yang lebih setelah pendapatannya turun ketika pandemi,” kata Eliya.
sumber: bisnis
0 comments:
Post a Comment