Dalam beberapa waktu terakhir, banyak pengembang yang menawarkan apartemen dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).
Jika tinggal di apartemen berkonsep TOD, para penghuninya bisa dengan mudah mendapatkan akses ke transportasi umum.
Namun apakah benar jika apartemen dengan konsep TOD lebih diminati oleh masyarakat di Indonesia?
Colliers Indonesia Head of Research, Ferry Salanto mengatakan bahwa properti yang memiliki konsep TOD pada akhirnya akan lebih menarik bagi end-user.
“Dengan meningkatnya angka pembeli end-user, pasar apartemen diharapkan akan semakin pulih. Ini mengindikasikan bahwa ada kebutuhan nyata untuk high-rise residence seperti ini,” ungkap Ferry dalam rilis yang diterima Kompas.com.
Berdasarkan perbandingan antara 15 proyek TOD dan non-TOD yang diluncurkan di Jakarta dan sekitarnya di tahun 2017, berlokasi pada area serta dalam masa periode peluncuran yang sama, tim Research Colliers mengidentifikasikan beberapa hal.
Pertama, proyek TOD bertahan lebih baik terhadap kondisi pelemahan ekonomi, terutama saat masa pandemi.
Ini ditunjukan dengan proyek TOD yang kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan proyek non-TOD yang mengalami perlambatan.
Kedua, berdasarkan tingkat penjualan proyek apartemen dari sebelum pandemi hingga akhir tahun 2022, terlihat proyek TOD menunjukan adanya peningkatan dalam penyerapan bila dibandingkan dengan proyek non-TOD.
“Apartemen TOD dan non-TOD memiliki kelas yang berbeda, sehingga menyebabkan laju kenaikan harga pada kategori TOD lebih tinggi karena angka penjualan yang lebih tinggi,” jelas Ferry.
Colliers juga menemukan bahwa pembeli proyek TOD didominasi oleh investor, baik sebagai investor individual maupun agen atau broker properti. Berikutnya diikuti oleh pembelian untuk penggunaan pribadi oleh investor yang merupakan end-user.
“Sebagian besar pembeli lebih memilih metode pembayaran angsuran tunai langsung kepada developer agar dapat memonitor perkembangan pembangunan proyek,” tambah Ferry.
sumber: kompas
0 comments:
Post a Comment