Produk properti seperti rumah, apartemen, ruko, kios, perkantoran, gudang, dan sebagainya dijual dengan harga yang telah dipatok oleh pengembang. Kadang di lokasi yang berdekatan, harga sebuah produk properti bisa terpaut jauh dan kebanyakan kita tidak mengerti faktor-faktor apa saja yang menjadi elemen pembentukan harga yang ditawarkan kepada konsumen.
Menurut Stevie Faverius Jaya, Sales & Marketing Associate Director South City (55 ha), sebuah proyek properti terpadu di Pondok Cabe, Ciputat, Tangerang Selatan (Banten), ada beberapa faktor yang menjadi penentu hingga dikeluarkannya sebuah patokan harga. Yang paling menentukan faktor lokasi karena lahan menjadi bahan baku utama sebuah produk properti.
“Untuk penentuan harga, pengembang pasti melihat dulu harga properti sejenis di sekitarannya. Ibarat restoran padang, di situ ada yang menjual rendang Rp10 ribu per potong, kita mau jual lebih murah atau lebih mahal. Kalau lebih mahal tentu harus ada nilai lebihnya. Selebihnya konsep apa yang akan kita hadirkan dan itu semua pasti berpengaruh terhadap harga,” katanya kepada housing-estate.com saat topping off (tutup atap) ruko South City, Kamis (9/8/2018).
Skala luasan serta kapan pembebasan tanah dilakukan juga berpengaruh. Pengembang yang telah mengakuisisi lahan cukup lama bisa lebih leluasa menentukan harga, karena harga dasar tanahnya bisa lebih murah walaupun saat menjual tentu kenaikannya diperhitungkan juga. Pengembang yang membeli lahan di lokasi yang sudah berkembang dipastikan tidak bisa membuat produk yang lebih murah dibandingkan produk yang sudah ada, karena harga beli lahannya sudah tinggi.
“Tentu faktor teknis lainnya cukup banyak karena dipertimbangkan juga populasi, konsep pengembangan yang belum ada, hingga daya beli. Sebetulnya mudah dilihat juga, kalau ada produk yang bisa dijual lebih murah biasanya itu pembebasan lahannya sudah lama dan dia tidak terlalu ambil banyak untung dari lahannya,” jelasnya.
sumber: housingestate
0 comments:
Post a Comment