.

.

.
  • Latest News

    Tuesday 27 December 2022

    Bikin Cemburu, "Mewahnya" Hunian di Kawasan Eksklusif Jakarta

     


    Rumah di kawasan eksklusif Jakarta tak jarang membuat masyarakat khususnya yang berpenghasilan menengah atau rendah hanya bisa gigit jari. 

    Jangankan untuk bisa membeli hunian mewah, kepemilikan rumah dengan skema kontrak masih banyak di Jakarta. 


    Adapun yang paling memungkinkan, mereka cukup membeli rumah bersubsidi di sekitaran Jakarta. 

    Kesenjangan tersebut tak jarang membuat masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan cemburu. Sebagaimana ramai diperbincangkan para netizen di media sosial Twitter. 


    Potret itu bermula dari unggahan akun @miee***** yang mempertanyakan pekerjaan para pemilik hunian di kawasan Bukit Golf, Pondok Indah. 


    "Orang2 yg tinggal di bukit golf pondok indah kerjanya apa ya, tiap ke sana cm bisa nelen ludah, BAGUS BGT," tulisnya pada Minggu (25/12/2022).


    Cuitan tersebut mendapat respon dari akun lain yakni @much*****, dia merasa lebih heran dengan para pemilik rumah di kawasan Senayan, Menteng, Senopati, Wijaya, dan Wolter Monginsidi. 


    "Kyk even beberapa dirut BUMN aja ada yg rumahnya di depok, Itu org2 yg tinggal di kawasan yg td gue sebutin disitu, KERJA APA," sautnya pada Senin (26/12/2022). 


    Akun Twitter lainnya, @semp******* juga menanggapi bahwa apabila mengetahui pajak rumah mewah di kawasan tersebut pasti akan membuat menangis. 


    "Pajak rumahnya setaun bisa buat beli rumah subsidi btw," tandasnya. 


    Di dalam perbincangan, beberapa netizen juga menyebutkan para pemilik rumah di kawasan hunian eksklusif itu. 


    Ada yang bilang keluarga pejabat, eks pejabat, keluarga konglomerat, pebisnis tambang, dan sebagainya.


    Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bambang Ekajaya menyampaikan, harga properti di area eksklusif seperti Menteng, Kebayoran Baru, dan sekitarnya memang tinggi. 

    Karena unit properti yang tersedia juga relatif sangat terbatas. 


    Untuk saat ini, harga properti di area tersebut sangat variatif. Disparitas harga permintaan dengan harga real deal-nya terkadang juga sangat jauh. 


    "Dengan adanya Covid-19 dan potensi resesi, harga-harga relatif turun pada range Rp 20 juta sampai dengan Rp 80 juta per meter persegi," bebernya kepada Kompas.com, Selasa (27/12/2022).


    Kisaran harga itu juga tergantung lokasi hunian, bentuk tanah (kotak/segitiga/trapesium), serta faktor penjual dan pembeli. 


    "Kalau penjual butuh uang sekali, pasti bisa lebih rendah. Sebaliknya kalau pembeli sangat minat, harga tentu jadi sangat mahal," katanya. 


    Adapun mengenai harga rumah di kawasan eksklusif Jakarta, tentu sangat kontras bila dibandingkan dengan harga rumah bersubsidi seluas 36 meter persegi. 


    Misalnya kisaran harga yang disebutkan Bambang dengan asumsi Rp 80 juta per meter persegi, maka harga rumah seluas 36 meter persegi bisa mencapai Rp 2,8 miliar. 


    Sementara harga rumah bersubsidi termahal di Indonesia berdasarkan regulasi ialah Rp 219 juta, itupun di wilayah Papua dan Papua Barat.


    Sebagaimana dikutip dari Keputusan Menteri (Kepmen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No 995/KPTS/M/2021 tentang Batasan Penghasilan Tertentu, Suku Bunga/Marjin Pembiayaan Bersubsidi, Masa Subsidi, Jangka Waktu Kredit/Pembiayaan Pemilikan Runah, Batasan Luas Tanah, Batasan Luas Lantai, Batasan Harga Jual Rumah Umum Tapak dan Satuan Rumah Susun Umum, dan Besaran Subsidi Bantuan Uang Muka. 


    Sementara di wilayah Jawa (kecuali Jabodetabek), harga rumah bersubsidi sebesar Rp 150 juta, kemudian di Jabodetabek Rp 168 juta. 


    Bisa diartikan, masyarakat yang membeli rumah mewah di kawasan eksklusif Jakarta sama halnya membeli sekitar 17 unit rumah bersubsidi di Jabodetabek.


    Menurut Bambang, persoalan kesenjangan sosial terkait hunian sangat sensitif dan ada di semua negara. 


    "Bahkan negara-negara yang termasuk G7, seperti USA, Inggris, Perancis, Jerman, dan lain-lain. Bahkan sekarang homeless juga banyak," ujarnya.


    Kecemburuan sosial juga hal yang tidak dapat dihindarkan. Karena meski di daerah Menteng, ada sisi wilayah yang relatif kumuh dengan kepadatan tinggi. 


    "Ini yang sering timbul masalah sosial tersebut. Tapi dengan banyaknya program bansos, baik dari pemerintah, organisasi sosial dan keagamaan, serta dari warga filantropis, diharapkan akan meredam gap sosial tersebut," jelasnya. 


    Selain itu, secara alami juga terjadi simbiosis mutualisme di area-area sekitar kawasan hunian eksklusif. Maksudnya, warga sekitar memperoleh mata pencaharian. 


    "Biasanya warganya bekerja di warga-warga yang mampu, seperti sebagai sopir atau karyawan dan lain-lain. Jadi tercipta ekosistem yang saling melengkapi," pungkasnya.


    sumber: kompas 

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Bikin Cemburu, "Mewahnya" Hunian di Kawasan Eksklusif Jakarta Rating: 5 Reviewed By: Simpro Realty
    Scroll to Top