Rumah mewah di kawasan Jakarta Selatan sempat diobral mewah dua tahun terakhir. Harga miring properti mewah itu dipasang di toko-toko online.
Para pemasang iklan yang menjual hunian tak lagi menghitung harga bangunan, tapi hanya menghitung harga tanahnya saja. Misalnya, rumah dengan luas tanah 764 m2 dan luas bangunan 600 m2, Kamar Tidur 5+2, Kamar Mandi 4+1, dan Swimming Pool di situs Lamudi.
"Rumah hitung tanah dekat PT IKA MABES POLRI di area premium Jakarta Selatan," tulis penjual dikutip Minggu (1/1/2023).
Dilansir dari situs jual beli OLX ada pemilik menjual rumah di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan yang menjual rumahnya dengan luas tanah 715 m2 dan luas bangunan 450m2, yakni dengan harga Rp 23,5 miliar, artinya harganya Rp 23,867 juta/m2, itu pun masih bisa nego.
Pemilik hanya mengklaim harga tersebut hanya menghitung harga tanah. Lokasi rumah di kawasan elite prestisius pondok indah, lokasi asri dan tenang dekat kawasan bukit golf, JIS, RS Pondok Indah.
Juga, ada properti di lokasi di Jakarta Selatan, harga Rp 8,95 juta, dengan luas tanah 300 M2 dan bangunan 349 M2. "Rumah Tua Hitung Tanah belakang Grand lucky Radio Dalam dekat Gandaria, pondok Indah Kebayoran Baru Jakarta Selatan," kata pemasang iklan.
Selain itu, ada properti dijual Rp 57 miliar. Sang penjual menyampaikan hanya menjual tanah, sedangkan bangunan tua tak dihitung. Fenomena ini banyak ditemukan penawaran rumah-rumah di kawasan elite.
Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong mengatakan, fenomena jual properti 'Hitung Tanah Saja' di kawasan-kawasan elite disebabkan banyak hal.
Alasan pertama, di kawasan-kawasan umumnya adalah bangunan tua atau lama, bangunan umumnya belum tentu masih layak huni.
"Fenomena itu karena bangunan tua, Kebayoran Baru, Pondok Indah seperti itu, jadi kalau bangunan nggak dihitung bangunan lebih 10-15 tahun," katanya.
Kedua, faktor kawasan strategis, biasanya lahan menjadi faktor utama dari pada bangunan yang ada di atasnya.
Di kawasan strategis seperti Kebayoran Baru memang posisi tanah yang menjadi paling nilai jual daripada bangunan.
Ketiga, faktor selera pembeli juga menentukan hal ini karena penjual sadar, propertinya bangunan lama belum tentu menjadi selera bagi calon pembeli. Artinya kurang lebih bangunan 'digratiskan', yang dijual adalah tanahnya.
Namun, menurutnya iming-iming menjual kawasan elite 'hanya' menjual hitung tanah saja, sebagai trik marketing saja.
"Ada juga marketing, jadi sudah dinaikkan harga tanahnya, kecuali bangunan sudah tua sekali," katanya.
Ketua DPC Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Jakarta Selatan Andria Dian Palupi menyebut turnover di kawasan Jakarta Selatan untuk Pondok Indah dan Kebayoran juga terbilang masih tergolong tinggi.
"Memang cenderung tertekan dengan situasi orang menjual keputusannya lebih cepat, dari pada mereka nggak pegang uang. Harga properti mengalami sedikit depresiasi tapi jatuh banget nggak juga karena daerah tertentu aja," sebutnya
sumber: cnbcindonesia
0 comments:
Post a Comment