.

.

.
  • Latest News

    Tuesday 7 February 2023

    Punya Rumah Impian bak Menjentikkan Jemari, Mungkinkah?

     


     Setiap manusia dihadapkan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ketiganya menjadi satu kesatuan yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup.

     

    Dari ketiga hal di atas, kebutuhan papan alias tempat tinggal menjadi sebuah permasalahan tersendiri. Memiliki rumah, baik bagi yang sudah menikah ataupun belum, memang menjadi impian tersendiri. Umumnya, mereka yang masih berada direntang usia muda sudah mulai memikirkan untuk memiliki sebuah rumah.

     

    Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati juga sempat menyindir kebutuhan tempat tinggal di Indonesia yang masih jadi tantangan. Khususnya bagi generasi muda. Antrean kebutuhan rumah bagi generasi ini dinilainya masih belum bisa mampu untuk dipenuhi.


    Cara mengatasi backlog perumahan

    Dia pun mengakui, kebutuhan perumahan di Indonesia masih sangat tinggi. Buktinya, angka kekurangan (backlog) perumahan di Indonesia mencapai 12,7 juta unit. Backlog perumahan adalah kesenjangan antara jumlah rumah yang tersedia dengan permintaan masyarakat.


    Sri Mulyani tak tinggal diam. Menurutnya, pemerintah tak bisa hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membantu pembiayaan perumahan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan sekuritisasi aset lewat penerbitan Efek Beragun Aset (EBA).


    "Sekuritisasi ini bagaimana aset rumah yang jangka panjang, 15 tahun dicicil pemiliknya bisa jadi underlying asset yang bisa di-issue dengan SBN baru jadi bisa dijual di pasar sekunder. Ini namanya efek beragun aset (EBA)," kata dia dalam video conference dilansir di Jakarta, Kamis, 7 Juli 2022 lalu.

     

    Namun demikian, masalah ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah. Bank spesialisasi perumahan, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pun turut mencari solusinya. Semua dilakukan masyarakat, khususnya generasi muda bisa punya tempat tinggal yang nyaman dan aman.

     

    BTN meyakini, sektor properti dalam negeri masih tumbuh positif tahun ini, walaupun ekonomi global sedang tidak pasti. Permintaan perumahan yang tinggi dari masyarakat masih menjadi salah satu pemicunya.

     

    "Kami meyakini permintaan perumahan, terutama untuk rumah subsidi akan masih tinggi pada tahun mendatang. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah yang terus meningkatkan alokasi anggaran subsidi untuk sektor perumahan," ujar Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo, Kamis, 24 November 2022.


    6 langkah zero backlog perumahan

    BTN pun mengusung enam usulan langkah strategis untuk mendukung target pemerintah memenuhi kebutuhan rumah layak masyarakat pada 2045 atau zero backlog perumahan. Usulan tersebut diracik agar kebutuhan rumah terpenuhi, tapi mengurangi penggunaan anggaran negara dan memaksimalkan pemakaian dana di luar milik negara.

     

    Nah, untuk mencapai target ekosistem perumahan di 2045 dibutuhkan tambahan pasokan hunian mencapai lebih dari 14 juta unit. Jumlah tersebut juga memerlukan sumber pendanaan yang stabil.

    Berikut enam rincian usulan skema baru penyelesaian backlog perumahan, di antaranya yakni:

    1. Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) yang diusulkan perseroan yakni dengan masa tenor subsidi selama 10 tahun dan bunga lima persen. Kemudian, untuk tahun berikutnya diberlakukan penyesuaian skema mengikuti perbaikan ekonomi debitur KPR subsidi. 

    2. KPR SSB, diberikan dengan plafon yang lebih besar dari KPR FLPP. Tenor subsidi pun hanya 10 tahun dan mengalami penyesuaian sesuai perbaikan ekonomi debitur. Bunga subsidi yang diberikan yakni sebesar tujuh persen.

    3. KPR Rent to Own (RTO) ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) Informal. Melalui fasilitas tersebut, MBR Informal dapat menikmati fasilitas sewa selama enam bulan sebelum mendapatkan KPR.

    4. Hampir mirip dengan RTO, skema Staircasing Shared Ownership (SSO) menawarkan skema kepemilikan secara bertahap untuk rumah subsidi. Tahap pertama yakni sewa dan KPR, lalu tahap kedua yakni KPR. 

    5. Penetapan standarisasi Imbal Jasa Penjaminan (IJP).

    6. Pengalihan dana Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) untuk pembayaran biaya pajak pembeli (BPHTB).

    "Kami berharap, secara bertahap implementasi usulan ini dapat mengurangi penggunaan dana negara untuk perumahan rakyat, namun manfaat yang diterima masyarakat Indonesia semakin besar," jelas Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar.


    Ekosistem digital properti

    Lalu, bagaimana cara mudah memiliki rumah impian bagi para generasi muda? BTN melihat peluang ini dengan masuk ke ranah digital untuk memudahkan para nasabahnya memiliki rumah dan ekosistem perumahan.

     

    Melalui proses transformasi digital yang sedang dipersiapkan, BTN mengguncang pasar dengan SuperApp BTN Mobile. Direktur IT & Digital BTN Andi Nirwoto mengklaim kemunculan SuperApp BTN Mobile akan membuat BTN memiliki pelayanan yang lebih baik berkat pemanfaatan teknologi digital.

     

    "Kuncinya kalau kita masuk digitalisasi tidak cukup dari sisi atau faktor solusi teknologinya saja, tapi kita harus memiliki kekuatan ekosistem. Saat ini pada dasarnya kita sudah memiliki ekosistem, khususnya ekosistem mortgage (perumahan) yang selama ini menjadi kekuatan BTN, sehingga konsep solusi digital kita melalui BTN Mobile mengkombinasi kekuatan teknologi dan kekuatan ekosistem kita. Ini lah yang akan didorong menjadi pembeda kami," kata Andi.

     

    Aplikasi BTN Mobile sebagai "SuperApp" ini memiliki fitur finansial yang terkait dengan life circle ekosistem di sektor perumahan. Konsep utama BTN Mobile menyediakan segala kebutuhan dari ekosistem perumahaan para nasabah BTN. Perseroan menyasar sekitar lima juta hingga tujuh juta nasabahnya untuk bertransformasi menggunakan BTN Mobile.

     

    BTN pun serius menggarap Digital Mortgage Ecosystem atau Ekosistem Digital di sektor Properti. Inovasi ini membangun dan mewujudkan Digital Mortgage Ecosystem merupakan hasil kerja keras BTN dalam menambah variasi KPR, inovasi program KPR hingga peluasan kerja sama BTN dengan berbagai pihak, baik swasta, instansi/lembaga pemerintah dan para developer yang menjadi mitra BTN.

     

    BTN Digital Mortgage Ecosystem menyediakan layanan digital yang memenuhi empat aspek yakni living, renting, buying, dan selling. Setelah matang di aspek buying dengan produk KPR, BTN mematangkan aspek di sektor selling atau jual lewat aplikasi digital rumahmurahbtn.co.id untuk rumah lelang/second, sementara di aspek renting atau sewa baru baru ini BTN meluncurkan KPR Rent to Own (KPR RTO) yang memberikan kesempatan penyewa rumah untuk membeli rumah yang mereka sewa lewat skema KPR RTO.

     

    Fitur andalan pun disiapkan dalam tiga aplikasinya yaitu BTN Properti, BTN Properti for Developer, dan BTN Smart Residence. Pada aplikasi BTN Properti, BTN menghadirkan layanan Profesional Listing dan nasabah dapat mengakses layanan perbaikan, perawatan, serta renovasi hunian dari berbagai penawaran jasa yang ada.

     

    Sementara pada aplikasi Smart Residence, terdapat fitur Home Service dengan nasabah dapat melakukan pemesanan jasa kebersihan hingga perbaikan elektronik. Smart Residence adalah aplikasi untuk mempermudah hubungan antara penghuni dan pengelola dalam proses pembayaran tagihan, iuran, pertukaran informasi sampai dengan keluhan atau pengaduan.


    sumber: medcom


    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Punya Rumah Impian bak Menjentikkan Jemari, Mungkinkah? Rating: 5 Reviewed By: Simpro Realty
    Scroll to Top