Memiliki hunian nyaman merupakan impian setiap orang. Tak harus membeli rumah, Anda juga bisa memilih tinggal di hunian vertikal seperti apartemen.
Untuk beberapa masyarakat, tinggal di rumah mungkin lebih nyaman. Namun untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, tinggal di apartemen mungkin praktis.
Baik apartemen atau rumah, keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Pada dasarnya, kebutuhan dan tujuan seseorang akan berpengaruh terhadap keputusan dalam memilih apartemen atau rumah.
Simak beberapa poin penting berikut sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan apakah harus membeli apartemen atau rumah, dikutip dari Edukatips BCA, Kamis, 30 Maret 2023.
Apartemen vs rumah, pilih yang mana?
Faktor pertimbangan yang mempengaruhi keputusan untuk membeli apartemen atau rumah, mulai dari harga, lokasi, hingga legalitas bangunan. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai faktor-faktor tersebut.
1. Harga beli
Apakah apartemen lebih mahal dari rumah? Pada umumnya, harga beli apartemen di daerah perkotaan cenderung lebih mahal jika dibanding dengan rumah tapak di area pinggiran kota.
Serupa dengan apartemen yang memiliki tipe tertentu, rumah tapak pun tersedia dari beberapa tipe, sesuai dengan ukuran luas tanah dan bangunan. Contoh, rumah di daerah Sawangan, Depok dengan ukuran luas lahan 60 meter persegi dan luas bangunan 42 meter persegi berisikan dua kamar tidur, dijual mulai dari Rp450 juta.
Contoh lainnya, rumah di daerah Parung, Bogor dengan luas lahan 170 meter persegi dan luas bangunan 104 meter persegi dijual dengan harga mulai dari Rp790 juta.
2. Hak milik
Umumnya, pembeli akan diberikan Sertifikat Hak Milik (SHM) ketika membeli rumah tapak. Sertifikat Hak Milik (SHM) adalah bukti kepemilikan dengan kekuatan hukum terkuat atas suatu lahan atau tanah tanpa ada batasan waktu tertentu.
Untuk pembelian apartemen, pembeli akan mendapatkan Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (SHMSRS). Sertifikat ini merupakan bukti atas hak kepemilikan satu unit apartemen saja dan tidak meliputi fasilitas lain dalam lingkup keseluruhan gedung.
Selain itu, mengacu pada UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria tentang Hak Guna Bangunan (HGB) apartemen, jangka waktu maksimal dibatasi hingga 30 tahun. Perpanjangan HGB hanya berlaku maksimal hingga 20 tahun.
3. Lingkungan dan fasilitas pendukung
Lokasi perumahan dapat tersebar mulai dari pusat perkotaan hingga perkampungan. Mulai dari kompleks perumahaan dengan gated system hingga lingkungan perumahan yang lebih berguyub. Dengan kondisi ini, penghuni dapat memiliki kesempatan untuk melakukan interaksi sosial secara lebih terbuka.
Berbeda dengan lingkungan rumah tapak, lingkungan apartemen akan terasa lebih homogen. Lingkungan apartemen cocok untuk dipertimbangkan bagi individu yang lebih mengutamakan privasi. Meski begitu, penggunaan fasilitas bersama di lingkungan apartemen, seperti kolam renang, taman, tempat olahraga adalah suatu hal yang mutlak.
4. Biaya perawatan atau renovasi bangunan
Apartemen menjadi pilihan ideal bagi individu yang menyukai hal praktis. Jika ingin mendekor atau merenovasi ulang bangunan, pilihan dan prosesnya tidak serumit proses renovasi rumah tapak. Begitu juga dengan biaya perawatan maupun renovasi yang dibutuhkan.
Biaya perawatan atau renovasi rumah tapak tentu akan jauh lebih besar dikarenakan luas bangunan yang lebih besar.
5. Keamanan
Faktor keamanan dalam mencari tempat tinggal tentu sangat penting. Apartemen atau rumah tapak gated community memiliki sistem keamanan yang sama baiknya. Keduanya sama-sama dilengkapi dengan petugas keamanan dan kamera CCTV. Namun, dua hal ini memiliki perbedaan dalam hal akses atas hunian.
Di lingkungan apartemen, pengunjung yang bukan merupakan penghuni harus memiliki akses tersendiri untuk dapat masuk ke dalam hunian. Sedangkan di lingkungan rumah tapak, tamu atau pengunjung hanya perlu menunjukkan kartu identitas. Di beberapa kompleks perumahan, pengunjung juga harus menyebutkan keperluannya untuk datang menemui siapa yang dituju.
sumber: medcom
0 comments:
Post a Comment